Sayap Sayap Patah



“…pabila cinta memanggilmu… ikutilah dia walau jalannya berliku-liku… Dan, pabila sayapnya merangkummu… pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…”

“…kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang”

“Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta… terus hidup… sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan…”

“Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan”

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…”

“Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini… pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang”

“Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya”

“Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku… sebengis kematian… Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara…, di dalam pikiran malam. Hari ini… aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan… sekecup ciuman”

"Wahai langit tanyakan padanya, mengapa dia menciptakan sekeping hati ini, begitu rapuh dan mudah terluka saat dihadapkan dengan duri-duri cinta. Begitu kuat dan kokoh, saat berselimut cinta dan asa. Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu didalam hati ini, mengisi kekosongan didalamnya, menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih, menimbulkan segudang tanya, menghimpun berjuta asa, memberikan semangat, juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira. Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa, menghimpit bayangan, tak berdaya melawan gejolak yang menerpa.
Wahai ilalang, pernahkah kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini? Mengapa kau hanya diam. Katakan padaku sebuah kata yang bisa meredam gejolak hati ini, sebagai pengobat tuk rasa sakit yang tak terkendali."

"Desiran angin membuat berisik dirimu, seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku, aku tak tau apa maksudmu, hanya menduga. Bisikanmu mengatakan ada seseorang dibalik bukit sana menunggumu dengan setia, menghargai apa arti cinta, hati yang terjatuh dan terluka, merobek malam menoreh seribu duka, kukepakan sayap-sayap patah ku mengikuti angin yang berlalu menancapkan rindu disudut hati yang beku, dia retak hancur bagai serpihan cermin, berserakan sebelum hilang diterpa angin. Sambil terduduk lemah ku coba kembali mengais sisa hati bercampur baur dengan debu, ingin ku rengkuh, ku gapai kepingan hati hanya bayangan yang kudapat. Ia menghilang saat matahari turun dari peraduannya, tak sanggup ku kepakan kembali sayap ini, ia telah patah tertusuk duri-duri yang tajam, hanya bisa meratap, meringis, mencoba menggapai sebuah pegangan.

-----------------By : Kahlil Gibran---------------

No comments:

Post a Comment