Entah ini yang namanya dipertemukan oleh Tuhan, atau hanya kebetulan saja. Tapi bukankan semua yang terjadi di dunia ini adalah rancangan Tuhan? hhh... kalau begitu anggap saja memang iya, benar kita dipertemukan kembali oleh Tuhan, di saat yang menurutku tepat. Aku yang sedang membutuhkan seseorang dan kau yang sedang sendiri. Kau hadir dengan ketiba-tibaanmu, memberikan kembali warna dalam hari-hariku, mengembalikan semangat hidup yang hampir redup ditelan masa sulitku itu. Semua terasa sangat menyenangkan, aku mampu mengistirahatkan sejenak pikiranku dari ingatan-ingatan masa lalu yang menyiksa.
Hari demi hari berlalu, komunikasi terus berlanjut, kita semakin akrab walau dulu berbicara pun kita hampir tidak pernah. Hanya bertemu di waktu pelajaran tambahan di luar sekolah. Entah apa yang membuat kita seperti sudah sangat mengenal satu sama lain, seperti begitu dekat sebelumnya, dan itu membuatku nyaman. Sampai pada akhirnya kita bertemu di kota yang kata orang menyimpan begitu banyak sisi romantisnya. Dan sepertinya perkataan orang-orang itu benar, aku bahagia disana, mungkin salah satunya karena dia.
Pertemuan itu menyisahkan kenangan yang begitu manis. Karena hal yang aku dambakan sejak lama untuk bisa aku lakukan semua ku wujudkan disana, dengannya disisiku. Kembang api yang indah di awal pergantian tahun, pasar malam yang begitu ramai, duduk diam menikmati malam dan lampu warna warna, semuanya. Semua hal yang begitu ingin aku lakukan terwujud disana bersama dia. Sesungguhnya saat itu aku tak bertanya-tanya lagi mengapa dia yang ada disisiku. Karena sebelumnya dia sudah mengatakan kalau dia menyukai ku. Dan disaat aku tau itu seperti ada yang mengganggu dihati ini, namun ku abaikan saja.
Dia begitu gigih bertahan untuk tetap menyukaiku, walau aku sudah dengan jelas mengatakan kalau semua tidak akan ada gunanya. Jelas tidak ada, karena perbedaan yang ada di atara kami begitu kokoh memisahkan. Alasan klise. perbedaan Agama!
Aku berusaha untuk menahan diri, menahan perasaanku. Dia selalu menunggu sampai aku mengatakan suka kepadanya. Namun aku telah berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak akan pernah mengatakan hal tersebut, walau sesungguhnya aku akui menahan perasaan itu sangat sangat tidak enak. Namun aku harus melakukannya, agar tidak ada yang semakin terluka jika hubungan ini semakin berlanjut.
Entah apa tujuan Tuhan mempertemukan kami. Sampai saat ini aku masih bertanya-tanya apakah ini jawaban yang Tuhan beri dari doaku yang meminta pelipur hati dari luka masa laluku itu? Namun kenapa harus dia? Kenapa harus yang "berbeda" ?
Hatiku gelisah, sepertinya rasa ini perlahan tumbuh, tumbuh untuk kemudian mati, dan aku pun tau itu akan lebih menyakitiku di kemudian hari.
Namun ada sedikit kelegaan dihatiku karena saat ini kita sudah mulai untuk tidak berkomunikasi, walau sejujurnya aku rindu namun tak masalah, mungkin ini baik untuk kita.
Aku hanya ingin jujur, aku menyayangimu namun aku tak bisa lebih.
dan terima kasih untuk hadirmu yang telah mampu membawa harapan baru bagiku, walau mungkin harapan itu pada akhirnya tidak bersamamu..
No comments:
Post a Comment